Senin, 20 Januari 2014

Mereka "JAUH LEBIH MAHAL" dibanding harga gadget termahalmu

Selamat pagi!

Senin pagi ini disambut oleh hujan rintik-deras-sedang *begitupun siklus selanjutnya*
Harus bersyukur atau mengeluh yaa? bersyukurlah. Memangnya mau kemarau terus? Hujan ngeluh, kemarau ngeluh, kalau begitu manusia maunya apaaa?? Hujan uang? HAHAHAHAHAHAyekan? Hijrah aja ke negeri dongeng! LoL :))


Sebelumnya, tujuan saya menulis ini bukan untuk membela siapapun, saya disini di pihak yg netral.. hehehe Jikalau kamu⇦kamu⇨kamu⇧kamu⇩dankamu yg lainnya merasa tersinggung oleh tulisan saya ini, saya hanya ingin memberi nasehat:
                 "SADARLAH!!!!!"

Yups! sadar, bukannya marah-marah gajebo gituuuuuu kkkkkkkk~
Scroll ke bawah terus yaaa. Semoga yg belum sadar jd sadar, dan semoga yg udah sadar, semakin sadar. Salam!


Langsung ke persoalan yaa *tarik nafas dulu*

Dilihat dari perkembangan zaman, (hehehe-_-) anak-anak di kota berbanding terbalik dengan anak-anak di desa. (Dan mungkin untuk masalah ini ada yg setuju ataupun tidak, benar?)
Mengapa saya sebut masalah? yaaa ini menyangkut etika. Dan etika itu sangat menunjukan kwalitas seseorang. Bagaimana ia bersikap dan hal lain sebagainya. Bagaimana bisa manusia dengan etika yang bagus bisa dibilang manusia yg bobrok dibanding dengan manusia yg memiliki IQ tinggi tetapi tidak punya etika sama sekali? Saat ini, sudah tak jarang lagi dengan manusia2 IQ tinggi, tetapi etikanya kurang. Itu karena apa? manusia menjadikan "nilai" akademik sebagai "patokan" dalam hidup agar sukses di dunia(Bukan dunia-akhirat).  Tetapi, bukan berarti nilai akademik tak penting. Hanya saja, semuanya harus seimbang.


Saya lihat, mereka yg memiliki kemampuan lebih (khususnya orang2 di kota) terlalu mementingkan nilai dunia mereka. Akibatnya, tidak ada campur tangan agama di dalamnya, pdhl itu agama mereka sendiri. Berbicara tentang agama, memang saya kurang pantas karena saya masih kurang luas pengetahuannya. Namun, bukankah di setiap agama di ajarkan bagaimana cara menuntut ilmu yg baik dan disertai apa menuntut ilmu itu?ya, bukan? Kalau begitu, peran orang tua disini sangat penting. Seharusnya, orang tua tidak menekankan kepada anak untuk memiliki nilai akademik yang seperti ini, itu, yg biasa tertera pada raport. Ayolaah, itu hanya sebuah nilai. Orang pandai yang malas pun, akan jauh tertinggal dengan orang yg bodoh tetapi mereka ulet.

Kenapa jd bahas nilai yaaa harusnya bahas etika, hehehehe..
Gapapa yaaa, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Hohohooo

Jujur saja, saya lebih menyukai anak2 di desa(pedalaman sekalipun) daripada anak2 kota yg memiliki macam2 gadget "milik orang tua" nya. Ini pengalaman saya.

Liburan semester kemarin, saya berlibur di daerah pedalaman Purwakarta. Sangat menakjubkan. Sebuah pemandangan membuat saya terpukau. Subhanallah, saya baru datang, sudah di sambut dengan suara air sungai yang bersentuhan dengan batu batu besar di dalamnya. Jembatan gantung diatas sungai tersebut membuat saya heran. Saya baru tau, di daerah Purwakarta yang letaknya tak jauh dengan Karawang ini, di dalamnya ada sebuah desa tersembunyi yang sangat indah.  Yogyakarta dengan desa ini masih jauh lebih indah desa ini. Bali juga lewat keleeussss wkwkwk Bersyukur sekali, bisa menapakkan kaki di desa ini.Meskipun, jarak menempuhnya begitu sukar(karena letaknya sangat sangat sangaaat di pedalaman) dengan jalan yg berlika-liku naik turun membuat saya pasrah dalam perjalanan, namun di dalam perjalanan itu banyak hikmah yg dapat saya ambil.Sempat berfikir, saat turun dari mobil saya masih bernyawa atau tidak ya? hahaha.


Sudah, itu sedikit cerita liburan dari saya. Banyak hal yg saya dapatkan dr berlibur di desa itu.
Salah satunya, yg akan saya bahas, ya itu tadi.. Antara anak kota dan anak desa.

Jujur saja aku lebih menyukai anak2 di desa daripada anak kota. Sebagian besar anak kota itu "songong" , jauh berbeda dengan anak2 yg terlahir dan hidup di desa. Anak2 di desa sana, memang tak seberuntung anak2 kota seperti kita. Anak kota seharusnya sadar, mereka itu awalnya dari desa yg pindah ke kota karena orang tua nya yg merantau ke kota. Hmmmm..


Terlebih lagi, anak2 di desa lebih memiliki etika di banding anak2 kota.  Lihat saja anak kota, jika ditanya oleh orang lain, biasanya ia tak menjawab dan lebih memilih asyik dengan gadget mahalnya. Anak desa? hape yg menurut anak kota jadul aja, mereka tidak punya. Apalagi macam2 gadget mahal seperti anak kota? Akibatnya, orang lain pun akan lebih menghargai anak desa yg tidak punya apa2 dibanding anak kota yg memiliki segalanya. Itu semua karena, "UANG BUKANLAH SEGALANYA". 

orang yg memiliki jabatan tinggi sekalipun, jika ia ketahuan marah2 di depan publik, wibawa dia akan hilang. Ini, balik lagi ke etika tadi. Etika itu sangat penting. Yang namanya orang berpendidikan itu seharusnya memiliki etika yg bagus, yg santun, agar dapat dicontoh orang lain.

Dan yang membuat saya dan teman2 saya sangat malu dg  anak2 di desa, pengetahuan agamanya lebih luas dibanding anak kota. MALU! SUMPAH MALU BANGET!! Disana, saya hanya bisa pasang muka seperti orang bod?h. Ternyata, ilmu yg saya dapatkan di kota, masih jauuuuuuhhhh sekali dengan di desa. Setidaknya, aku masih bersyukur di kota masih ada orang yang perduli dan menyediakan majelis sebagai tempat kami belajar ilmu agama.

Tolong menolong sesama yg di terapkan di anak2 desa jauh sekali dibanding anak2 kota. Biasanya, anak2 di desa lebih tulus dalam menolong. Anak kota lebih mementingkan diri sendiri dan pasti mengeluarkan seribu alibi mereka saat dimintai tolong. *Ampuun tepuk jidat doi* #SalahFokus
Dan yang terakhir, yg paling kurang saya sukai dari anak2 kota, tak sedikit dr mereka yg kurang menghargai orang lain. Mereka lebih ingin di dengar, sementara mereka tak pernah ingin mendengar.. Bagaimana kalian ingin dihargai jikalau kalian saja tdk bisa menghargai org lain.

Ini buat semua yaa.

Mendengarkan itu penting sekali. Jangan ingin di dengar, tapi tak mau mendengar. Lihat orang yg sudah sukses.. Di waktu muda,mereka sedikit bicara tetapi banyak mendengar. Dengan tidak mendengarkan orang lain, kamu itu seperti menyepelekan orang itu. Belajar menghargailah.

Jangan suka menghindari anak2 desa, justru kamu harus belajar dari mereka. "Sederhana", seperti itulah mereka. Mereka memang orang tak punya, tetapi mereka lebih tau etika dibanding kalian yg memiliki segalanya.

─Mereka "JAUH LEBIH MAHAL" 
                 dibanding
    harga gadget termahalmu─

Tidak ada komentar:

SINOPSIS BIARKAN MENGALIR SEPERTI AIR

Alea, remaja enam belas tahun yang berulang tahun setiap bulan Januari tidak pernah berharap Tuhan mendatangkan sahabat seperti seriga...