Rabu, 30 April 2014

Pertemuan Singkat

Diambil dari catatan bulan Januari tahun 2014. Dengan sangat menyesal, aku lupa mencatat tanggal berapa catatan harian ini ku buat.Ditulis kembali dengan gaya bahasa tulisanku satu tahun yang lalu. fyuuuuh

Seperti sebuah potongan lagu, "Dunia ini Panggung Sandiwara". Dengan gamblang disana di sebutkan, dunia adalah panggung sandiwara. Dimana setiap insan mendapatkan satu peranan. Peran menjadi pemeran utama dalam sandiwara tersebut, tidak lain dan tidak bukan adalah dirimu sendiri. Bagaimana dengan orang lain? Mereka hanya pemeran pembantu dalam sandiwara kehidupan mu.
"Aku yakin dengan semua ini. Skenario Allah tengah berlangsung dan berbaik sangka lah kepada-Nya. Semoga ini jalan yang terbaik."

Aku dipertemukan dengan "sosok baru" di sebuah musholla kecil yang terdapat di sekolah. Saat itu aku hendak menunaikan shalat dzuhur. Aku basuh wajahku dengan air wudhu dan aku biarkan air wudhu itu terjatuh . Kelak, air wudhu yang terjatuh itu akan menjadi saksi bisu ku di akhirat.
Alhamdulillah, shalat dzuhur telah ku tunaikan. Aku melihat ke arah tanganku; sebuah benda hitam mungil yang selalu setia melingkari tangan ku. Ku lihat arah jarum jam nya membentuk sudut lancip. Kurang dari 5 menit lagi, acara segera dimulai.

Jadi, sebenarnya aku salah informasi. Ini acara tambahan materi "agama" yang ditujukan untuk kakak kelas senior 1 tingkat dariku. Aku ingat kelasnya, namun aku lupa IPS berapakah mereka. Namun, tidak ada salahnya menjadi salah satu dari mereka yang duduk tenang disana. Aku memang tertarik dengan yang seperti ini. Masih haus akan ilmu agama, hehehe..
Oh yaaa, ada yang ingin ku ceritakan disini.. Dari pertemuan singkat yang hanya 4 jam itu, aku memiliki kakak kelas baru dan "sosok baru" yang ku dapat disana. Dan tentunya, pengetahuan tentang agamaku bertambah.. Semoga dapat mengamalkannya dan istiqomah, aamiin..


5 menit berlalu..
Sosok yang baru ku lihat itu berjalan santai penuh wibawa menuju mushalla. Berperawakan tegap, rata-rata tinggi, tidak hitam maupun tidak putih. Manis. Aku kira usianya 21 tahunan; 5 tahun lebih dewasa dari usiaku. Wajahnya begitu cerah, ikhwan ini seperti wajah orang yang sering berwudhu. Subhanallah.. Sejuknya dapat dirasakan ketika seseorang melihat wajahnya.


Di kedua tangannya, ia membawa sebuah proyektor dan sebuah tas laptop. Dia adalah seorang ikhwan yang akan menjadi mentor dalam kajian ini. Alat-alat tersebut ia rapihkan dengan bantuan 2 orang kakak kelas tingkat dua. 

"Kita tidak bisa hidup sendiri, adakalanya kita membutuhkan pertolongan orang lain bahkan sering." 


Semuanya selesai dengan cepat. Kajian ini dibuka oleh sepatah dua patah dari Ibu guru agama kelas IPA-IPS. Pembicaraan ini berlangsung sekitar 4 menit. Ibu guru membahas tentang apa yang akan kita kaji dalam pertemuan ini. "Akhlak dan Akidah remaja", itulah hal yang akan dibahas.
Aku rasa, judulnya sangat tepat untuk mengkaji "kenakalan remaja" yang sudah mewabah kemana-mana. Aku yakin, penyebab utama dari masalah ini adalah kurangnya pemasukan materi agama dalam hati dan iman setiap anak. Orang tua di zaman yang serba modern ini lebih memilih membelikan anaknya gadget termahal, daripada membelikannya Al-Qur'an yang jelas-jelas sangat berguna untuk anaknya.

"Jangan jadi orang tua yang menyayangi anak karena dunia. Jadilah orang tua yang menyayangi anak karena dunia dan akhirat."


3 Jam digunakan untuk mengkaji kenakalan remaja. Salah satunya seks bebas. Pacaran seperti penyakit akut dan candu bagi para pelajar. "Wey, jaman sekarang jomblo? hell yeaa!" - pelajar -
Wooo hell? what the.. Pelajar tadi mungkin harus lebih mengkaji lebih dalam tentang "pacaran". Boleh kah dalam islam? Banyak manfaatnya atau mudharatnya?

Aku rasa kalian tahu akan jawaban dari pertanyaan tadi. Adakah yang belum mengetahuinya? Benar-benar belum mengetahuinya atau pura-pura tidak mengetahuinya? Hanya kamu dan Tuhan lah yang tau.

Tak terasa dua jam telah berlalu. Ditengah-tengah pengkajian, aku memerhatikan ikhwan "yang gak tau namanya siapa" itu dengan saksama. Tunggu, tahukah kalian ada sesuatu yang terekam oleh memori otak ku secara perlahan. Bayangan itu samar-samar di ingatanku. Semakin aku memperhatikan dan mendengarkan suara ikhwan itu, memori otak ku pun seperti memutarkan sebuah film. Bayangan itu mulai tampak jelas. Semakin jelas dan semakin aku sadar jikalau aku pernah bertemu ikhwan itu.

Dimanaaaa? Dimana aku pernah melihatnya? Kapan? Fokusku terhadap suara itu menghilang seketika. Aku berusaha untuk memutar ulang ingatan ku itu. Aku merasakan seperti ada benang-benang kusut yang berlalu lalang dalam otakku.

Bayangan ituuuuu..
Kini semakin jelas dan membuka sebuah petunjuk. Sosok remaja berperawakan tegap, berkulit putih nan bersih dengan seragam SMA nya. Sebuah rumah yang cukup luas halamannya. Ku lihat disekelilingnya, senda gurau mulai terdengar. Sungguh, seperti menonton sebuah film. Namun, aku merasakan ada "aku" dalam film tersebut.

Ya Allah, bantu aku untuk mengingat semuanya. Apa hubungannya ikhwan yang didepanku ini dengan sosok remaja laki-laki SMA yang sedang berputar di otakku ini?
Seorang bapak berkepala 4 ini mulai menjalankan perannya di otakku. Terlihat ia sedang memberi penjelasan terhadap sekumpulan anak SD. Yaaaak!!! Itu akuuu! Aku yang disamping nyaaa! Aku mulai ingaat..


Saat itu, 4 tahun yang lalu..
Beberapa bulan sebelum UASBN SD, kegiatanku sangat padat sekali. Salah satunya, bimbel di rumah wali kelasku. Yaaa bapak berkepala 4 itu adalah wali kelasku. Agar tidak merasa tegang, wali kelasku bercerita di setiap selingan bimbel. Senda gurau ituuuuuu.. Mereka teman2 ku sewaktu SD!! Yaaaa aku mulai ingat semuanyaaaaa.

Ketika itu saat bimbel berlangsung, pagar halaman tiba-tiba terbuka mengagetkan ku dan yang lainnya. Tidak, pintu itu bukan terbuka karena angin, tetapi memang terbuka karena ada yang membukanya. Perlahan suara hentakan kaki terdengar. Terlihat sosok anak remaja laki2 masih berseragam SMA masuk begitu saja. What the???? Itu siapaaa? teman2 ku melihatnya kaget. Tampan sekaliiiiiiii, sorak teman2 perempuanku. Ketahuilah, tidak seperti sekarang, saat 6 SD aku belum mengetahui apa itu arti suka, tampan, dan sejenis nya yang berkaitan dengan "cinta".
Kembali ke sosok yang ku sebut tadi. Dia sempat melihat ke arah kami sebentar, kemudian ia memalingkan wajahnya. Membuka pintu utama, tanpa pamit terhadap ayahnya. Itu siapa? Salah satu dari temanku menanyakan hal yang sama.
Ternyata, anak tadi itu adalah anak dari wali kelasku. Namanya Akbar.
Kembali pada dunia nyata. Hahaha Nama itu muncul bersamaan saat ikhwan yang didepanku itu menyebutkan namanya. "A***R".
Ternyata namanya A***r. Benar. Tidak salah lagi, dia lah  orang yang ku maksud dalam fikiran ku tadi 4 tahun yang lalu. Masih sama seperti dulu, namun ada yang berbeda darinya. Kemanakah kulit putih nya? hihihi.. Walaupun tidak seperti dulu, aku rasa wajah yang ia miliki sekarang lebih nyaman ku lihat. Wajah tampan karena air wudhu memang tidak ada yang bisa menyainginya. Hahaha
Aku ragu. Ragu untuk menanyakan hal ini. Apa yang ada dibenakku saat itu? Aku takut salah orang. Bagaimana kalau ternyata dia bukan lah A***r yang aku maksud? Aku tak berani menanyakannya langsung. Ya, no ponsel itu. Di layar terdapat no ponselnya. Segera aku rogoh ponsel dari dalam tas ku dan dengan cepat aku mengetik beberapa angka lalu aku simpan dengan kontak nama "Kak A***r". Saved!
Penasaranku belum selesai sampai disini saja. Sampai dirumah, aku langsung mencari ponselku lalu ku cari sebuah nama dalam kontak ponsel ku. "Kak A***r". Secepat mungkin aku mengetik dan mengirim pesan singkat untuk memastikan apakah benar A***r yang ku lihat ini adalah A***r yang ku temui 4 tahun yang lalu?
Tak ada balasan. Ada dua kemungkinan, bisa jadi no ponsel yang ku catat salah sebab aku terlalu cepat mengetik angka-angka tersebut tanpa mengeceknya lagi. Kedua, jangan2 dia bukanlah A***r yang aku maksud. Hmmmmmm
Getar ponselku bersamaan dengan kumandang adzan magrib. Ku lihat di layar ponsel terdapat nama seseorang yang memang ku tunggu sedari tadi."Kak A***r".

Aku membaca balasan pesan singkat itu perlahan. Sontak, agak kaget sewaktu aku membaca bagian dari isi pesan singkat itu. Begini katanya, "Blablablabla  Iya, memang. Kok tau? Blablablabla" 
Ternyataaaaa dia memang A***r yang aku maksud! Untuk kesekian kalinya, aku bermain dengan feeling dan tepat.  Aku senang bermain dengan feeling ku. Aku rasa, aku memang memiliki ikatan batin terhadap orang2 yang memang ditakdirkan bertemu dengan ku.
"Pertemuan itu takdir. Kamu tidak akan tahu kedepannya seperti apa. Berikan kesan terbaikmu dan jadilah dirimu sendiri."
Sungguh menakjubkan bukan? 4tahun yang lalu.. Kini dipertemukan di rumah-Mu. Tuhan, semoga ini bukan pertemuan terakhir ku dengannya. Beri aku kesempatan lagi untuk bertemu dengannya. Tuhan, Engkau Maha Tau apa yang ada didalam hati ku ini. Sungguh, ada sesuatu yang membuat aku ingin mengetahuinya lebih jauh. Bagaimana ia bisa berubah jauh lebih baik dari 4 tahun yang lalu?

SINOPSIS BIARKAN MENGALIR SEPERTI AIR

Alea, remaja enam belas tahun yang berulang tahun setiap bulan Januari tidak pernah berharap Tuhan mendatangkan sahabat seperti seriga...